LARANTUKA – Nona Benta Dasilva kerap disapa Noben (Nona Benta) banyak bercerita tentang perjuangannya selama menjadi aktivis perempuan ketika di jumpai oleh awak media di rumahnya di Sandominggo, Kelurahan Larantuka, Kecamatan Larantuka, Kabupaten Flores Timur. Jumat, 8 Maret 2024.
Salah satu kenangan yang masih membekas didalam benak Noben hingga saat ini yaitu disaat ia mendampingi ratusan perempuan di Kabupaten Nagekeo yang ingin memperoleh keadilan di atas tanah suku mereka yang saat itu sedang dibangun Proyek Strategis Nasional (PSN) Waduk Lambo beberapa tahun lalu.
“Perjuangan ibu-ibu di Nagekeo saat itu sungguh luar biasa, dan itu akan menjadi kenangan yang paling terkesan dalam hidup saya. Saya masih hafal betul bagaimana perawakan perempuan tua yang melakukan perlawanan atas proyek di atas tanah adat suku itu,” ujarnya.
Noben menerangkan, sejak tahun 2000 silam dirinya sudah mulai konsen terhadap isu-isu perempuan serta aktif dalam mendampingi korban kekerasan perempuan, mulai dari KDRT, pelecehan seksual, hingga perlindungan terhadap pekerja migran Indonesia (PMI).
“Sudah sangat lama saya menggeluti dunia ini, terlepas dari tanggapan orang lain tentang saya seperti apa, namun saya sendiri meyakini bahwa hal baik yang saya lakukan pasti akan menghasilkan kebaikan dan berguna bagi orang lain,” kata Noben sambil menyuguhkan kopi panas untuk beberapa wartawan yang saat itu berkunjung.
Saat membela harkat dan martabat kaumnya, banyak sekali tantangan yang dia hadapi, mulai dari pandangan negatif orang-orang tentang aktivitasnya itu, hingga pada persoalan pribadi korban KDRT atau pelecehan seksual yang sedang ia dampingi.
“Semisalnya jika korban perempuan dan pelaku masih punya hubungan darah atau suami istri maka usaha kita untuk memperoleh keadilan hukum akan berkahir sia-sia,” sebut Noben Dasilva.
Namun, Ketua Yayasan Permata Bunda Berbelas Kasih itu mengaku akan terus membela kebenaran dan keadilan bagi perempuan-perempuan yang ditindas . Menurutnya, pelaku akan berbuat seenaknya jika persoalan tidak ditindak tegas.
“Sering dicerca, ada pihak pesimis bahkan tidak suka. Mereka anggap masalah keluarga jadi diselesaikan secara internal. Tapi, jika tanpa ada efek jerah, pelaku dibiarkan berbuat seenaknya,” imbuhnya
Pada momentum hari Perempuan sedunia, 8 Maret 2024 saat ini juga Noben sedang mendampingi VBK seorang perempuan muda asal Pulau Solor yang diduga menjadi korban penelantaran dari ayah kandungnya sendiri.
Ia menerangkan, VBK sudah membuat pengaduan ke Kapolres Flores Timur dan pengaduan itu sedang ditangani oleh penyidik tindak pidana tertentu (Tipiter) Polres Flores Timur.
“Semoga adik VBK dan ibu kandungnya bisa segera mendapatkan keadilan. Dan juga selamat hari Perempuan sedunia untuk para srikandi-srikandi tangguh dimanapun berada, ” ucap Noben.
Menurutnya, hidup akan menjadi sia-sia jika tidak membantu orang kecil dan terpinggirkan. Hal itu sesuai dengan moto hidupnya ‘Hidup Untuk Melayani’.
“Hidup untuk melayani. Itu selaras dengan moto Yayasan Permata Bunda Berbelas Kasih, yaitu Melayani Dengan Ikhlas,” tutup Nobenta.***(ell).