Penanganan Masalah Pangan dan Ketahanan Energi Masih Lelet

Seni Tari Bali menghibur ribuan peserta acara penutupan Rakernas V PDIP di Ancol, Jakarta, Minggu, 26 Mei 2024 (Foto: Tim Media PDIP, Ist.)

Jakarta, RadarNKRI.id – – Ketua Umum DPP PDI Perjuangan (PDIP), Prof. Dr. (HC) Megawati Soekarnoputri bercerita tentang pengawantahan salah satu ajaran Bung Karno yakni Trisakti; berdaulat di bidang politik, berdikari di bidang ekonomi, dan berkepribadian dalam kebudayaan.

Trisakti merupakan perwujudan ideologi Pancasila dan UUD Negara Republik Indonesia tahun 1945, yang masih relevan hingga saat ini, dan tetap menjadi daya penggerak kemajuan Indonesia Raya.

Hal itu disampaikan Megawati dalam pidato penutupan Rapat Kerja Nasional (Rakernas) V PDIP di Beach City International Stadium Ancol, Jakarta, Minggu (26/5). Adapun, Adapun Rakernas kali ini mengusung tema “Satyameva Jayate: Kebenaran Pasti Menang” dan subtema “Kekuatan Persatuan Rakyat dalam Kebenaran”.

“Dari pembukaannya saja, terkandung hakekat kemerdekaan, cita-cita bangsa, dan tujuan bernegara. Semua dirumuskan dengan baik, relevan hingga saat ini, dan tetap menjadi daya penggerak kemajuan Indonesia Raya kita,” kata Megawati.

Menurut Megawati, untuk mewujudkan Trisakti tersebut, Bung Karno pernah menggagas pola Pembangunan Nasional Semesta Berencana, melalui pendekatan ilmiah dengan melibatkan lebih dari 600 doktor dari berbagai disiplin ilmu.

Namun sayang, konsep tersebut sempat “dihapus” saat rezim otoriter Soeharto berkuasa. Padahal, semangat dan pola dasar tersebut selalu aktual untuk menjawab dinamika dan perkembangan zaman.

“Orang selalu bilang kenapa waktu jaman Pak Harto dihilangkan disembunyikan. Lalu saya buka salahnya bapak saya apa tho. Padahal ini dibuat untuk konsep masa depan melalui pendekatan ilmiah, dengan melibatkan lebih dari 600 doktor lho, bukan dokter. Doktor jadi ilmuwan ilmuwan, akademisi, saintis dapat dipertanggungjawabkan dari berbagai disiplin ilmu,” ungkapnya.

“Semangat dan pola dasar pembangunan tersebut selalu aktual, misalnya apa terkait pentingnya penguasaan ilmu-ilmu dasar, membangun kedaulatan pangan, energi, kesehatan rakyat, hingga penguasaan teknologi yang menopang industri maju,” sambungnya.

Dalam konteks hari ini, Megawati lantas menyesalkan kebijakan pemerintah yang hanya berorientasi pada impor.

“Kedaulatan pangan hanya didengungdengungkan dalam kenyataan dengan selalu alasan tidak mencukupi selalu import, import, import, import. Saya bukannya tidak setuju import tapi harus ada yang namanya sebuah kekuatan bagaimana kita jangan import,” tuturnya.

“Karena pertanyaannya seperti nanti kalo problem beras pangan karena global warming, lalu sulit kita mau nyari makanannya dari mana. Itu lah instruksi saya yang namanya 10 tanaman ditanam pengganti beras, ada reasonnya, alasannya,” imbuhnya.

Lebih jauh, Megawati juga menyinggung soal ketahanan energi. Baik itu air, tenaga surya dan lainnya. Itu semua sedianya bisa digunakan dengan baik dan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat sebagaimana tertuang dalam Pasal 33 UUD 1945.

“Energi ada bisa banyak yang belum digunakan angin, air, surya dan lainnya. Kesehatan rakyat, tadi di dalam sikap politik, sampe masak sih orang mau pinter aja bayar mahal? Berapa gelintir sih orang kaya dibandingkan kalo yang namanya warga negara kita yang masih belum berpunya?” pungkasnya.