MAGELANG – Secara administratif Gunung Merapi terletak di Kabupaten Sleman, Provinsi DIY dan Kabupaten Magelang, Boyolali, Klaten, Provinsi Jawa Tengah. Gunung Merapi dipantau secara visual dan instrumental dari 5 Pos Pengamatan Gunung Api (PGA) yang berada di Pos Kaliurang (Kabupaten Sleman), Pos Ngepos Srumbung dan Babadan Dukun Kabupaten Magelang, serta Pos Jrakah dan Selo Kabupaten Boyolali.
Gunung Merapi memasuki masa erupsi efusif dengan tipe erupsi “Tipe Merapi” sejak tanggal 4 Januari 2021. Erupsi Tipe Merapi dicirikan dengan terbentuknya kubah lava di puncak dan ketika kubah tidak stabil maka akan longsor/gugur membentuk awan panas guguran. Saat ini Gunung Merapi memiliki 2 kubah lava yang masih aktif yaitu kubah lava Barat Daya dan kubah lava Tengah Kawah.
Peningkatan intensitas erupsi termasuk yang terjadi pada hari ini Rabu tanggal 3 April 2024 terjadi Awan Panas Guguran (APG) di Gunung Merapi pada pukul 06.26 WIB dengan Amplitudo maksimal 48 mm. Durasi 171.32 detik, estimasi jarak luncur maksimal 1.700 meter ke Barat Daya, arah angin ke Barat.
Namun untuk wilayah Kecamatan Srumbung tidak terdampak debu/abu vulkanik erupsi Gunung Merapi, dan warga masyarakat tetap beraktivitas seperti biasa. Meskipun demikian petugas tetap memberikan imbauan kepada warga agar tetap meningkatkan kewaspadaan dan kesiapsiagaan karena bencana erupsi Gunung Merapi dapat terjadi kapan saja.
Kapolresta Magelang Polda Jawa Tengah Kombes Pol Mustofa, S.I.K., M.H. saat melaksanakan koordinasi dan pemantauan visual mendapatkan keterangan dan data aktivitas vulkanik Gunung Merapi masih berada pada tingkat “Siaga” (Level III), Rabu (03/04/2024). Potensi bahaya saat ini masih tetap berupa guguran lava dan awan panas pada sektor Selatan-Barat Daya meliputi Sungai Boyong, Sungai Bedog, Krasak dan Bebeng. Pada sektor tenggara meliputi Sungai Woro dan Sungai Gendol.
“Sedangkan lontaran material vulkanik bila terjadi letusan eksplosif dapat menjangkau radius 3 kilometer dari puncak. Data pemantauan menunjukkan suplai magma masih berlangsung yang dapat memicu terjadinya awan panas guguran di dalam daerah potensi bahaya. Apabila di puncak terjadi hujan deras maka akan terjadi lahar dingin yang membawa material berupa pasir dan bebatuan,” kata Kombes Pol Mustofa.
Dikatakan Kapolresta Magelang, dalam menghadapi ancaman bahaya erupsi Gunung Merapi yang terjadi saat ini, seperti peningkatan kapasitas masyarakat dan penyiapan sarana prasarana evakuasi. Masyarakat agar tidak melakukan kegiatan apa pun di daerah potensi bahaya.
Masyarakat agar mewaspadai bahaya lahar dan awan panas guguran (APG) terutama saat terjadi hujan di seputar Gunung Merapi. Masyarakat diimbau agar memakai masker untuk mencegah ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut) dan mengantisipasi gangguan lain akibat abu vulkanik dari erupsi Gunung Merapi.
“Kami minta masyarakat jangan sampai mengabaikan peringatan dari petugas dan menganggap biasa bahwa letusan atau erupsi itu hal biasa dan tidak membahayakan. Janganlah, karena bisa jadi sewaktu waktu erupsi secara besar terjadi,” imbau Kombes Pol Mustofa.
Sementara petugas dari Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG ) Yogyakarta, Wahyu Candra Alam di Pos Ngepos Srumbung mengatakan erupsi tadi pagi (Rabu, 03/04/2024) masih dinilai wajar. Sudah beberapa hari terjadi hujan di puncak, maka diimbau kepada masyarakat untuk waspada, karena status Merapi masih di Level Siaga.
“Sehingga masyarakat harus menaati rekomendasi yang dikeluarkan oleh BPPTKG, antara lain 7 kilometer dari puncak Merapi khususnya alur Sungai Bebeng-Boyong itu seharusnya steril,” ujarnya.
Wahyu mengatakan pihak BPPTKG mengimbau masyarakat tetap tenang, siaga dan selalu berhati-hati. Jangan lupa memakai masker dan tetap mengikuti arahan dari pemerintah daerah setempat,” pungkasnya. (*)