LARANTUKA – Seorang pengungsi akibat erupsi Gunung Api Lewotobi Laki-Laki meninggal dunia pada Kamis, 25 Januari 2024 malam di Rumah Sakit St. Gabriel Kewapante, Maumere, Kabupaten Sikka.
Pengungsi yang meninggal dunia itu bernama Maria Pene Hayon (69 tahun) warga Desa Nobo, Kecamatan Ile Bura, Flores Timur.
Sebelum meninggal dunia Maria Pene Hayon sempat mengungsi bersama keluarganya di posko Kantor Desa Konga, Kecataman Titehena selama dua pekan.
Maria Pene juga diketahui pengidap penyakit pernafasan atau Asma. Hal itu disampaikan oleh Maria Yana, menantu dari almarhumah Maria Pene Hayon saat dikonfirmasi via telephon seluler. Jumad ,(26/01/2024).
Yana mengatakan, Ibu mertuanya rentan atau alergi terhadap cuaca dingin. Disaat Gunung Lewotobi Api Laki-Laki mengalami peningkatan status pada awal Januari 2024 lalu, seluruh warga desa di evakuasi ke lokasi pengungsian yang telah disiapkan oleh pemda.
Namun ketika berada dilokasi pengungsian kata Yana, ibu mertuanya hanya diberi satu lembar tikar tipis untuk digunakan sebagai alas tidur di lantai kantor desa Konga dengan kondisi cuaca yang sangat dingin saat itu.
“Malam pertama mama sudah mulai mengeluh dada sesak karena tidur dilantai yang dingin akhirnya kami pindah ke tenda yang baru dibangun dan diberikan kasur spon dari Kemensos,” ceritanya
Ia mengaku sudah menyampaikan keluhan dari ibu Mertuanya itu ke salah satu petugas yang saat itu mengenakan baju dengan tulisan BPBD ketika berada di posko pengungsian tetapi tidak mendapat respon balik.
“Mungkin mereka juga lagi sibuk e pak, kita juga tidak tau dalam keadaan seperti itu semua orang pasti sibuk sekali,” keluh Yana
Lanjutnya, sakit dari ibu mertuanya itu diperparah karena basah akibat terkena genangan air didalam tenda pengungsian disaat hujan lebat mengguyur daerah setempat beberapa waktu lalu.
“Waktu itu kami semua sedang tidur karena hujan lebat tiba tiba kaget karena banjir sudah masuk ke dalam tenda yang membuat kami basar semua, termasuk mama mertua,” ungkapnya
Menurut Yana, mertua nya itu juga sempat diperiksa dan diberikan obat oleh petugas kesehatan di lokasi pengungsian namun sakitnya tidak kunjung sembuh.
Hingga pada tanggal 23 Januari 2024 lalu, ibu mertua dijemput oleh anak kandungnya Sr. Ursula Bura Bukan, SSpS untuk mendapat perawat lebih lanjut di salah satu rumah sakit yang berada di kota Maumere, Kabupaten Sikka.
“Tapi apa mau dikata lagi, tuhan mungkin lebih sayang mama, kemarin malam sekitar pukul 23: 30 wita kaka suster telfon kasih kabar kalau mama sudah meningal dunia,” tutur Yana sembari memutuskan sambungan telephon.***(ell).