RadarNkri.id, Larantuka – Kondisi para pengungsi yang terdampak erupsi Gunung Lewotobi Laki-Laki di Desa Bokang Wolomatang, Kecamatan Titehena, Kabupaten Flores Timu (Flotim) Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) menyedihkan.
Beberapa tenda yang didirikan oleh Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) di lokasi pengungsian tidak dilengkapi penerangan, sehingga warga terpaksa menggunakan lampu senter seadanya untuk penerangan.
Seorang pengungsi, Antonius Puka, mengaku bahwa sudah dua malam mereka tidur dalam kegelapan. Menurutnya, meskipun sejumlah warga telah melaporkan kondisi tersebut kepada petugas di lokasi, hingga malam ketiga belum ada tindakan yang diambil.
“Sudah dua malam kami tidur dalam kegelapan seperti ini, Pak. Kami sudah melaporkan hal ini ke petugas, tetapi belum juga ada respons,” ujar Antonius, yang berasal dari Desa Hokeng Jaya, Rabu (06/11/2024).
Pantauan langsung wartawan di lokasi menunjukkan bahwa ketiadaan penerangan di empat tenda BNPB membuat anak-anak dan bayi balita terpaksa makan dan tidur dalam kondisi gelap.
Kondisi ini tentu membuat para pengungsi, terutama anak-anak dan lansia, merasa tidak nyaman dan rawan terhadap berbagai risiko kesehatan.
Berdasarkan data yang diperoleh, sebanyak 726 jiwa dari 227 kepala keluarga kini mengungsi di Desa Wolomatang. Mereka terdiri dari 325 laki-laki, 361 perempuan, 65 lansia, 1 ibu hamil, 24 balita, 2 bayi, 25 anak PAUD, 91 siswa SD, 26 siswa SMP, dan 12 siswa SMA.
Para pengungsi ini sementara ditempatkan di beberapa tempat penginapan, antara lain pelataran Gereja Bokang, Gedung TKK, SDK Bokang, serta empat tenda yang disediakan oleh BNPB.
Meski fasilitas ini cukup memadai untuk menampung pengungsi, ketiadaan penerangan di beberapa tenda BNPB membuat suasana pengungsian semakin tidak nyaman bagi para korban erupsi.*(Ell).