BIADAB! Wartawan Disekap, Dianiaya, Dirampok, dan Diperas Mafia BBM serta Tambang Ilegal di Sijunjung

"Ini tindakan biadab! Wartawan yang sedang menjalankan tugas malah disekap, dianiaya, bahkan diperas oleh kelompok mafia tambang dan BBM subsidi. Ini bukan hanya pelanggaran hukum, tetapi juga ancaman serius terhadap demokrasi dan kebebasan pers!" tegasnya, Minggu (16/3/2025).

Sijunjung, Sumbar – Dunia jurnalistik Indonesia kembali tercoreng oleh aksi keji mafia yang merasa lebih berkuasa dari hukum. Empat wartawan dari media online diduga menjadi korban persekusi brutal oleh sekelompok mafia BBM subsidi dan tambang emas ilegal di Tanjung Lolo, Kecamatan Tanjung Gadang, Kabupaten Sijunjung, Sumatera Barat.

Korban dalam kejadian ini adalah Suryani (Nusantararaya.com), Jenni (Siagakupas.com), Safrizal (Detakfakta.com), dan Hendra Gunawan (Mitrariau.com). Diduga mereka mengalami tindakan biadab berupa penyekapan, penganiayaan, perampokan, hingga pemerasan, hanya karena menjalankan tugas jurnalistiknya.

Awalnya, keempat wartawan ini melakukan investigasi terhadap dugaan praktik ilegal yang melibatkan penggunaan BBM subsidi oleh PT Elnusa Petrofin serta aktivitas tambang emas liar yang diduga dikelola oleh Wali Jorong Koto Tanjung Lolo. Namun, alih-alih mendapat informasi, mereka justru diduga menghadapi serangan brutal yang nyaris merenggut nyawa mereka.

Para pelaku, yang diduga kuat merupakan jaringan mafia setempat, tidak hanya merampas barang-barang milik korban, termasuk laptop, handphone, dan perlengkapan kerja lainnya, tetapi juga melakukan kekerasan fisik dan ancaman pembunuhan.

Jenni, satu-satunya wartawan perempuan dalam kelompok tersebut, bahkan diduga nyaris menjadi korban kekerasan seksual dalam kejadian ini. Sementara itu, seluruh korban diduga dipaksa membayar uang tebusan sebesar Rp20 juta, dengan ancaman akan dibakar hidup-hidup menggunakan 30 liter bensin atau didorong ke jurang tambang emas agar kematian mereka tampak seperti kecelakaan.

Lebih parahnya lagi, Wali Jorong Koto Tanjung Lolo, yang diduga menjadi dalang utama dalam kejadian ini, secara terang-terangan menantang hukum.

“Silakan lapor kemanapun, tidak ada yang akan peduli! Coba saja viralkan ini, saya akan habisi kalian semua!” ucapnya sambil menghantam kayu broti ke meja, seolah menegaskan bahwa ia kebal hukum.

Persatuan Pewarta Warga Indonesia (PPWI) langsung bereaksi keras terhadap kejadian ini. Ketua Umum PPWI, Wilson Lalengke, mengecam aksi brutal tersebut dan menyebutnya sebagai ancaman serius terhadap kebebasan pers di Indonesia.

“Ini tindakan biadab! Wartawan yang sedang menjalankan tugas malah disekap, dianiaya, bahkan diperas oleh kelompok mafia tambang dan BBM subsidi. Ini bukan hanya pelanggaran hukum, tetapi juga ancaman serius terhadap demokrasi dan kebebasan pers!” tegasnya, Minggu (16/3/2025).

Wilson Lalengke menekankan bahwa jika kasus ini tidak segera diusut tuntas, maka akan menjadi preseden buruk bagi dunia jurnalistik di Indonesia. Ia mendesak Kapolri dan Polda Sumatera Barat untuk segera menangkap para pelaku, termasuk pejabat yang terlibat.

“Kami mendesak Kapolri dan jajaran kepolisian di Sumatera Barat untuk segera menangkap pelaku, termasuk oknum pejabat yang diduga terlibat! Jika dibiarkan, bukan tidak mungkin wartawan di daerah lain akan mengalami nasib serupa,” ujarnya.

Selain itu, PPWI juga meminta Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK) untuk segera memberikan perlindungan kepada para wartawan yang menjadi korban.

“Jangan sampai setelah kejadian ini, mereka malah mendapat ancaman lanjutan karena berani melawan mafia,” tambahnya.

Kejadian ini membuka mata publik tentang betapa lemahnya perlindungan hukum bagi jurnalis di Indonesia. Jika seorang wartawan tidak bisa menjalankan tugasnya dengan aman, bagaimana masyarakat bisa mendapatkan informasi yang benar dan transparan?

“Kita sedang menghadapi era di mana mafia semakin berani, sementara aparat penegak hukum malah terkesan semakin tidak berdaya. Jika tidak ada tindakan tegas, maka kebebasan pers akan mati, dan masyarakat akan terus dibodohi oleh informasi yang dikendalikan oleh kelompok tertentu,” tandas Wilson Lalengke.

PPWI juga mengajak seluruh insan pers dan organisasi jurnalis lainnya untuk bersatu menuntut keadilan atas kasus ini.

“Hari ini empat wartawan menjadi korban, besok bisa saja kita atau rekan-rekan jurnalis lainnya. Jangan biarkan mafia semakin merajalela di negeri ini!” pungkasnya.

Kini, sorotan tertuju pada Polri dan Pemerintah. Apakah mereka akan bertindak tegas, atau justru tunduk pada kekuatan mafia?

#NoViralNoJustice

(TIM/RED)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *